Kesehatan | Virus Corona
AddThis Sharing ButtonsShare to FacebookFacebookShare to TwitterTwitterShare to Lagi…Lagi…13

Pemeriksaan virus corona menggunakan alat rapid test sudah mulai digerakan oleh Pemerintah. Namun, masih banyak pertanyaan di masyarakat mengenai rapid test, seperti cara kerjanya dan siapa saja yang boleh menjalaninya.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), sepakat bahwa tes cepat (rapid test) COVID-19 merupakan langkah penting yang harus dilakukan guna untuk mendeteksi dini infeksi virus corona.
Tes ini juga ditujukan agar pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui siapa saja orang yang berpotensi menyebarkan coronavirus dan melakukan tindakan pencegahan agar jumlah kasus COVID-19 tidak semakin bertambah.
Apa itu Rapid Test?
Rapid test adalah sebuah metode skrining awal yang digunakan untuk mendeteksi antibodi seseorang, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona.
IgM (Immunoglobulin M) merupakan jenis antibodi yang dihasilkan oleh tubuh saat Anda pertama kali terinfeksi bakteri atau kuman lainnya, yang berperan sebagai garis pertahanan pertama tubuh untuk melawan infeksi. Peningkatan antibodi IgM akan meningkat dalam waktu singkat saat tubuh mengalami infeksi.
Sedangkan IgG (Immunoglobulin G) adalah antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini bertugas melindungi Anda dari infeksi dengan “mengingat” kuman, bakteri, atau virus yang pernah Anda hadapi sebelumnya. Jika kuman, bakteri, atau virus kembali, maka sistem kekebalan tubuh akan melakukan “serangan”.
Kedua antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh apabila ada paparan virus. Dengan kata lain, jika antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus corona. Akan tetapi perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, bahkan bisa sampai berminggu- minggu.
CEO Primaya Hospital Group, dr Ferdy D Tiwow, menjelaskan bahwa IgM akan terdeteksi 3-7 hari setelah infeksi dan IgG akan terdeteksi setelah 8-10 hari setelah infeksi.
Tes cepat atau rapid test yang dimaksud di sini hanyalah sebagai pemeriksaan skrining atau pemeriksaan penyaring, bukan sebagai pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa infeksi virus corona pada COVID-19.
Siapa saja yang perlu melakukan Rapid Test?
Tidak semua orang dapat menjalani prosedur tes cepat ini secara serentak. Sejauh ini pemeriksaan hanya diprioritaskan untuk orang yang lebih berisiko terkena COVID-19. Dengan kriteria:
Kategori Risiko Tinggi, Jika Anda:
a. Menunjukkan gejala demam tinggi di atas 37.7 derajat Celcius.
b. Menunjukkan gejala ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) berupa batuk berkepanjangan, pilek, hidung tersumbat, sesak napas.
c. Dan dalam 7 hari terakhir berada di lingkungan yang memungkinkan ada kontak/berdekatan dgn pasien positif COVID-19, misalnya kendaraan umum yang padat, atau dari bepergian daerah dengan frekuensi infeksi tinggi.
Jika anda memenuhi a-c maka anda termasuk resiko tinggi, dan disarankan screening menggunakan rapid test.
Jika anda memenuhi a-b maka ada termasuk resiko sedang, dan disarankan screening menggunakan rapid test.
Jika anda tidak memiliki gejala a-b, namun beresiko c, anda termasuk resiko sedang, dan disarankan screening menggunakan rapid test untuk menguji kemungkinan positif asimptomatik.
Jika anda tidak menunjukkan gejala dan tidak beresiko c, tidak perlu melakukan screening test.
Kategori Risiko Rendah, Jika Anda:
Orang Tanpa Gejala (OTG)
Orang Tanpa Gejala adalah orang yang tidak memiliki gejala apapun namun pernah kontak erat dan tetap berisiko tertular dari pasien positif COVID-19.
Kontak erat dalam kriteria ini apabila ia pernah melakukan kontak fisik secara langsung, berkunjung atau berada di dalam ruangan yang sama (dalam radius 1 meter) dengan pasien positif. Dalam 2-14 hari terakhir setelah kasus timbul gejala.
Hal ini juga diperkuat dengan pendapat ahli. Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH,MMB, dalam konferensi pers daring #FKUIPeduliCovid-19 pada Jumat (27/3/2020), rapid test lebih diutamakan untuk orang dalam pemantauan (ODP).
HARAP DIINGAT!
Rapid test mengukur tingkat antibodi dalam tubuh. Antibodi hanya akan muncul jika seseorang terpapar oleh virus Sars Cov-2 (COVID- 19), dan telah menunjukkan gejala. Antibodi akan bisa terukur setelah ada gejala selama minimal 3 (tiga) hari. Pengetesan di hari pertama dan kedua gejala bisa kemungkinan menghasilkan FALSE NEGATIVE, dikarenakan antibodi belum terbentuk sehingga tidak terdeteksi oleh alat rapid test. Untuk test yang negatif jika anda termasuk salah satu kriteria a atau b atau c, disarankan diulang lagi. Rapid test hanya dipergunakan sebagai screening test. Test final konfirmasi tetap harus menggunakan test PCR.
Baca juga: Mengenali Perbedaan Rapid Test dan PCR Test untuk Deteksi Covid-19
Cara kerja Rapid Test COVID-19
Bagaimana cara menggunakan COVID-19 IgG/IgM Rapid Test Cassette?
- Sebelum mulai menguji, alat tes dan spesimen perlu menyeimbangkan suhu (15 – 30 derajat C atau 59 – 86 derajat F)
- Lepaskan Cassette tes dari kantong yang disegel. Kemudian, pijat ujung jari Anda untuk mendorong aliran darah. Lalu, gunakan pad alkohol untuk melakukan desinfeksi. Setelah itu, gunakan jarum untuk menusuk kulit di ujung jari Anda yang telah desinfeksi. Setelah darah keluar dari ujung jari Anda, gunakan pipet untuk mengumpulkan darah tersebut.
- Pegang pipiet secara vertikal dan keluarkan satu tetes darah ke spesimen dengan baik dari alat uji, kemudian tambahkan 2 tetes pengencer dan mulai atur waktu tes.
- Tunggu sampai garis pada rapid test muncul. Lihat hasil tes dalam waktu 15 menit. Jangan membaca hasil tes setelah 20 menit.
Cara Membaca hasil Rapid Test COVID-19
Pada test kit terdapat 3 keterangan yang bertuliskan C, IgG, dan IgM. Jika ada garis di C saja artinya negatif Covid-19. Munculnya garis IgG menunjukkan adanya antibodi IgG spesifik novel-coronavirus.
Sedangkan munculnya garis IgM menunjukkan adanya antibodi IgM spesifik Novel-coronavirus. Jika kedua garis IgG dan IgM muncul bersamaan dengan garis di C atau ada garis di C dan salah satu garis di antara IgG atau IgM artinya positif. Sementara, jika tidak ada garis di C artinya hasilnya invalid.
Apa yang harus dilakukan jika hasil rapid test COVID-19 positif atau negatif?
Jika hasil rapid test positif
Hal yang perlu Anda lakukan jika hasil rapid test menunjukkan hasil positif:
- Tetap tenang. Hindari kontak dengan orang lain. Hubungi rumah sakit rujukan di daerah Anda sesuai link di bawah ini.
- Tunjukkan hasil rapid test Anda kepada pihak medis rumah sakit rujukan, dan ajukan pemeriksaan lebih lanjut untuk test RT PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction)
- Jika gejala berat disertai sesak napas, segera hubungi 119 EXT 9 untuk kondisi darurat.
Baca Juga: Daftar Lengkap Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di 34 Provinsi
Jika hasil rapid test negatif
Hal yang perlu Anda lakukan jika hasil rapid test menunjukkan hasil negatif:
- Jika anda memiliki gejala A atau B, lakukan isolasi mandiri dan tes ulang dalam 3-7 hari.
- JIka anda tidak memiliki gejala A atau B, tapi beresiko C, disarankan tes ulang dalam 3 – 7 hari.
- Jika test kedua hasilnya negatif tapi anda termasuk beresiko C, disarankan melakukan isolasi mandiri 14 hari.
- Jika kedua test negatif, maka dalam tubuh anda tidak terdeteksi adanya antibodi terhadap COVID 19, berarti anda tidak tertular COVID 19.
- Jika tes pertama negatif dan tidak menunjukkan gejala a atau b, ataupun resiko c, tidak perlu melakukan tes ulang.
- Jika Anda negatif, tetap patuhi pembatasan sosial yang berlaku dan tetap menerapkan pola makan dan hidup sehat.
- Gunakan masker saat harus berinteraksi dengan orang lain.
Jika hasil rapid test positif
Hal yang perlu Anda lakukan jika hasil rapid test menunjukkan hasil positif:
- Tetap tenang dan jangan panik karena antibodi yang terdeteksi pada rapid test bisa merupakan antibodi terhadap virus lain atau coronavirus jenis lain, bukan yang menyebabkan COVID-19.
- Jika tidak ada gejala seperti demam, batuk, tenggorokan gatal dan sesak napas, maka Anda perlu melakukan isolasi mandiri dan tetap di rumah, serta hubungi layanan kesehatan digital.
- Jika muncul gejala seperti demam, batuk, tenggorokan gatal dan sesak napas yang memberatkan Anda, segera hubungi kontak darurat 119 ext. 9 atau memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan COVID-19.

Apapun hasil rapid test yang Anda lakukan, terus pantau kondisi kesehatan Anda. Jika muncul gejala virus corona seperti batuk, sesak napas, demam, segera hubungi hotline COVID-19 atau layanan kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Rekomendasi Merk RDT antibodi COVID-19
Berdasarkan surat edaran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dipublikasikan pada 24 Maret 2020 terkait Alat dan Reagen untuk Diagnosis COVID-19 dan Sertifikasi oleh CE (Sertifikasi yang dikeluarkan dalam Uni-Eropa) yang mengatur peredaran produk di negara Uni-Eropa. Terdapat delapan Merk RDT antibodi COVID-19 yang dapat digunakan di Indonesia di antaranya, yaitu:
- OnSite COVID-19 IgG/IgM Rapid Test – CTK biotech
- COVID-19 IgG/IgM Rapid Test Cassette (Whole Blood/Serum/Plasma) – Hangzhou Biotest Biotech Co., Ltd
- 2019-nCoV Ab Test (Colloidal Gold) (IgM/IgG Whole Blood/Serum/Plasma Combo) – Innovita Biological Technology Co. Ltd
- STANDARD Q COVID-19 IgM/IgG Duo Test – SD BIOSENSOR, Inc.
- VivaDiag COVID-19 IgM/IgG Rapid Test – VivaCheck biotech
- Wondfo SARS-CoV-2 antibody test (Lateral Flow Method) – GuangZhou Wondfo Biotech (GuangZhou, China)
- Cellex qSARS-CoV-2 IgGIgM Cassette Rapid Test (Lateral flow method) – Cellex, Inc
- COVID-19 IgG/IgM Rapid Test Cassette – Hangzhou Clongene Biotech Co., Ltd
