Seiring bertambahnya jumlah kasus pasien positif COVID-19 di Indonesia, alat tes virus corona (SARS-CoV-2) semakin marak dijual di berbagai toko online. Namun, Anda perlu berhati-hati saat membeli alat rapid test agar terhindar dari pemalsuan.
Sebelum memutuskan untuk membeli alat rapid test, sebaiknya Anda perlu mengetahui hal dasar yang dapat menjadi acuan untuk membedakan antara rapid test asli dengan yang palsu.
Cara memilih rapid test asli
Berikut cara mengetahui alat rapid test asli dan palsu:
1. Memiliki surat resmi BNPB
Banyak rapid test yang dijual di toko online tidak menyertakan bukti berupa surat resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Di Indonesia, distributor resmi yang menjual alat rapid test adalah DANPAC PHARMA,
PT DANPAC PHARMA merupakan perusahaan farmasi yang memasarkan produk OTC (Over The Counter) atau obat bebas tanpa resep dokter dan ethical. Produk OTC yang dijual meliputi tes kehamilan, tes ovulasi, tes obat, dan kondom.
Saat ini, DANPAC PHARMA juga mendistribusikan alat rapid test bernama Femometer Rapid Test Covid-19 Cassette. Rapid Test Cassette merupakan salah satu merk RDT (Tes diagnostik cepat) yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang diproduksi dari Hangzhou Clongene Biotech Co.,Ltd.Alat rapid test tersebut juga telah tersedia di farmaku, sehingga Anda bisa mendapatkanya dengan mengklik di sini.

2. Lihat isi alat rapid test
Sebelum membeli alat rapid test, pastikan isi dari alat rapid test sesuai dengan alat rapid test untuk uji corona. Alat rapid test harus berisikan alkohol pad, pipet, jarum, dan pengencer yang akan digunakan untuk melakukan tes virus corona.
Untuk hal tersebut, Rapid Test Cassette sudah menyediakan alat rapid test dengan isi yang lengkap mulai dan alkohol pad, pipet, jarum, dan pengencer.
Jenis rapid test
Alat rapid test yang ada saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu rapid test berdasarkan antigen dan rapid test berdasarkan antibodi. Rapid test antigen sendiri telah dilakukan di Korea Selatan dan Malaysia. Sementara rapid test berdasarkan antibodi telah dilakukan di Amerika Serikat dan Indonesia.
Apa perbedaan rapid test antigen dan rapid test antibodi?
Sebelum membahas perbedaan mengenai rapid test antigen dan rapid test antibodi, Anda perlu memahami hubungan antigen dan antibodi.
Tubuh manusia memiliki sel darah putih, sel darah putih ini sebagai sistem pertahanan tubuh. Jika diumpamakan, sel darah putih ini adalah sistem pertahanan. Jika terdapat musuh, dalam hal ini virus SARS-CoV-2, maka makin banyak sel darah putih yang akan berperang. Meski begitu, tidak semua sel darah putih akan menyerang, karena ada juga sel darah putih yang berperan sebagai mata-mata seperti membuat biodata musuh atau virus yang akan dilawan.
Setelah data sudah terkumpul, selanjutnya akan ada sel darah putih yang khusus melawan virus. Sel darah putih inilah yang disebut sebagai antibodi. Agar bisa melawan virus, antibodi ini akan menempel pada antigen sehingga dapat mencegah kemampuan virus dalam memasuki sel dan memperbanyak diri.
Melalui penjelasan tersebut, Anda bisa memahami bahwa rapid test antigen merupakan tes diagnosis cepat yang dapat mendeteksi keberadaan antigen atau benda asing yang ada pada tubuh manusia. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan antigen adalah virus COVID-19.
Pada alat tes antigen, terdapat antibodi yang dipakai untuk mendeteksi antigen. Sampel yang digunakan untuk rapid test antigen biasanya diambil dari lendir di belakang tenggorokan pasien. Setelah diproses, sampel tersebut akan diteteskan pada alat tes. Jika ada antigen dalam bahan pemeriksaan, maka akan terjadi penempelan dengan antibodi yang terdapat pada alat test. Hasilnya akan menunjukkan positif.
Baca Juga: Mengenali Perbedaan Rapid Test dan PCR Test untuk Deteksi Covid-19
Sementara, rapid test dengan antibodi akan mendeteksi antibodi dalam darah. Sampel untuk rapid test antibodi menggunakan darah yang diambil di ujung jari. Dalam alat tersebut, terdapat antigen untuk mendeteksi munculnya antibodi di tubuh pasien.
Jika pasien pernah terpapar virus, maka akan ada pertemuan antara antibodi dalam darah pasien dengan antigen yang sudah ada dalam alat tes. Jika memang pernah terpapar atau memang ada, hasilnya akan menunjukkan positif.
Bagaimana tingkat akurasi rapid test?
Antigen umum ditemukan pada saat awal penyakit. Setelah itu, tubuh akan membentuk antibodi. Antigen dan antibodi akan membentuk pasangan antigen dan antibodi yang tidak dapat lepas.
Jika antibodi sudah menyatu dengan antigen tertentu, maka antigen yang dicari tidak akan terdeteksi. Akibatnya, hasil tes akan menunjukkan negatif palsu, yang artinya akan ada orang yang sebenarnya memiliki antigen SARS-CoV-2, namun hasilnya malah dinyatakan negatif.
Sedangkan, antibodi baru muncul setelah beberapa hari tubuh melawan virus. Proses untuk mendeteksi virus butuh waktu, sehingga antibodi baru muncul belakangan. Oleh karena itu, rapid test antibodi baru dinyatakan positif ketika antibodi sudah terbentuk.
Jika tes dilakukan sebelum antibodi terbentuk, maka hasilnya bisa negatif palsu. Hal itu berarti, akan ada orang yang sebenarnya mempunyai virus corona, tapi karena belum menghasilkan antibodi, maka hasil tesnya memperlihatkan hasil negatif.
Untuk itu, jika hasil tes yang dilakukan pertama kali menunjukkan hasil negatif, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang 7 – 10 hari setelahnya. Hal ini dilakukan dengan harapan, antibodi sudah bisa dites dan terbentuk. Sementara rapid test antigen, tidak bisa diulang karena antigen yang dicari sudah terikat pada antibodi buatan tubuh.
Meski begitu, rapid test memiliki kekurangan dalam mengidentifikasi keberadaan virus COVID-19. Virus tersebut dapat mirip dengan virus lain, hal inilah yang menyebabkan hasil tes positif palsu, artinya orang yang tidak terinfeksi oleh virus SARS-CoV-2 bisa dinyatakan positif COVID-19.
Kekurangan dan kelebihan rapid test
Rapid test antigen dinilai lebih akurat daripada rapid test antibodi karena tes yang melibatkan antigen dilakukan untuk mendeteksi virus, bukan respons tubuh terhadap virus (antibodi). Meski begitu, teknik dalam pengambilan sampel rapid test antigen lebih rumit jika dibandingkan rapid test antibodi. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil darah dari ujung jari.
Selain itu, rapid test dinilai lebih mudah karena penggunaanya tidak memerlukan fasilitas laboratorium yang canggih dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat, yaitu kurang dari 1 jam. Lebih cepat dari pemeriksaan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu, PCR dan identifikasi urutan nukleotida virus COVID-19 yang memerlukan waktu berhari-hari.
Dengan teknologi yang sederhana, harga rapid test jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya PCR. Anda bisa mendapatkan rapid test di farmaku dengan harga Rp.95.000 per unit, beda dengan PCR test yang biayanya bisa mencapai jutaan.
Jika Anda melakukan rapid test, setidaknya Anda dapat mencegah penyebaran virus corona karena dapat mendeteksi dengan cepat keberadaan virus. Selain itu, saat ini melakukan rapid test juga sudah bisa dilakukan secara mandiri karena penggunaan rapid test sangat mudah untuk dilakukan. Sehingga, Anda bisa melakukan pemeriksaan cukup dari rumah. (SR)