Sebagai upaya dalam melakukan deteksi dini terkait coronavirus atau virus corona, Presiden Joko Widodo telah menyerukan untuk melakukan rapid test. Rapid test menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dirancang sebagai tes penyaringan awal dengan melakukan pengujian berdasarkan pada teknik immuno-filtration atau menggunakan sampel darah guna mengukur antibodi pada pasien atau mendeteksi adanya virus.
Selain metode rapid test ini, ada metode bernama PCR (Polymerase Chain Reaction) atau yang lebih dikenal dengan sebutan swab test. Metode PCR ini dinilai lebih akurat untuk memeriksa coronavirus atau Covid-19 dibandingkan rapid test karena tes ini dilakukan dengan menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan dengan menyeka bagian belakang tenggorokan.
Selain itu, apa saja perbedaan antara rapid test dengan metode PCR ini? Simak terus penjelasan berikut ini, ya.
Perbedaan rapid test dengan PCR test
Inilah empat perbedaan antara rapid test dengan PCR test:
1. Jenis sampel

Dalam pemeriksaan rapid test, sampel yang digunakan adalah sampel darah. Dengan sampel darah tersebut,alat rapid test akan mengukur antibodi seseorang. Menurut Departemen Kesehatan Filipina mengatakan bahwa rapid test sangat rentan terhadap negatif palsu karena alat tersebut tidak dapat mendeteksi antibodi pada tahap awal seseorang terinfeksi virus.
Sementara PCR menggunakan sampel lendir yang diambil dari tenggorokan atau dari dalam hidung seseorang. Dari dua jenis tes ini, sudah terlihat perbedaan sampel yang digunakan dalam mendeteksi virus Covid-19.
2. Cara kerja

Cara kerja rapid test untuk mengetahui adanya virus atau tidak dengan menggunakan IgG dan IgM yang terdapat di dalam darah. Apa itu IgM atau IgG?
IgM (Immunoglobulin M) merupakan jenis antibodi yang dihasilkan oleh tubuh saat seseorang pertama kali terinfeksi bakteri atau kuman lainnya, yang berperan sebagai garis pertahanan pertama tubuh untuk melawan infeksi. Peningkatan antibodi IgM akan meningkat dalam waktu singkat saat tubuh mengalami infeksi.
Sedangkan IgG (Immunoglobulin G) adalah antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini bertugas melindungi tubuh manusia dari infeksi dengan “mengingat” kuman, bakteri, atau virus yang pernah dihadapi sebelumnya. Jika kuman, bakteri, atau virus kembali, maka sistem kekebalan tubuh akan melakukan “serangan”.
Kedua antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh apabila ada paparan virus. Dengan kata lain, jika antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus. Akan tetapi perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, bahkan bisa sampai berminggu-minggu.

Hasil dari rapid test yang dilakukan dengan menggunakan sampel darah ini dapat memperlihatkan adanya IgG atau IgM yang terbentuk pada tubuh pasien. Namun, jika hasil yang muncul pada rapid test menunjukkan hasil positif atau adanya infeksi. Hal tersebut bukan menandakan bahwa pasien tersebut terinfeksi virus Covid-19 karena bisa saja itu merupakan jenis lain selain virus corona.
Oleh karena itu, pasien dengan hasil rapid test yang positif perlu melakukan tes ulang. Pemeriksaan lanjutan yang bisa dilakukan berupa pemeriksaan swab hidung atau tenggorokan yang dinilai lebih akurat sebagai patokan dalam melakukan diagnosis, karena virus Covid-19 dapat menempel di tenggorokan bagian dalam atau hidung saat masuk ke tubuh seseorang.
Sampel yang diambil dari tenggorokan atau hidung akan diperiksa menggunakan metode PCR dan hasil akhirnya nanti dapat memperlihatkan ada atau tidaknya virus Covid-19 di tubuh pasien. Dari cara kerja inilah yang membedakan antara metode rapid test dengan metode PCR.
3. Waktu untuk mengetahui hasil

Melansir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rapid test membutuhkan waktu 10 menit hingga 2 jam. Sementara pemeriksaan dengan metode PCR membutuhkan waktu lebih lama, bisa beberapa jam hingga beberapa hari. Menurut CDC, metode PCR membutuhkan waktu paling cepat sekitar 20 hingga 30 menit.
Namun, jika kapasitas laboratorium yang digunakan untuk memeriksa sampel sudah penuh hal ini dapat memakan waktu lebih lama lagi. Sebab sampel yang sudah diambil harus masuk daftar antrean untuk dapat diperiksa.
4. Yang dapat melakukan rapid test atau PCR test

Rapid test dimulai dengan pengambilan sampel darah bagi mereka yang dikategorikan terjangkit. Jika hasil rapid test seseorang negatif, maka orang tersebut akan diminta melakukan isolasi diri dan mengulang tes setelah 7 – 10 hari setelahnya.
Jika hasil rapid test ternyata positif, maka perlu melakukan tes ulang dengan metode PCR. Jika test PCR menunjukkan hasil yang positif, orang tersebut akan dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19.
Sedangkan tes PCR dilakukan hanya untuk mereka yang berisiko tinggi terpapar virus Covid-19 atau mereka yang dinyatakan positif terinfeksi virus setelah melakukan rapid test pertama.
Apa kelebihan dan kekurangan rapid test?

Rapid test memiliki kelebihan, yaitu tes ini dapat dengan mudah dilakukan dan cepat mengetahui hasilnya, jika dibandingkan dengan metode PCR. Oleh karena itu, cara ini dapat menjadi alternatif skrining cepat untuk mengetahui adanya virus atau tidak dalam tubuh seseorang.
Sementara, kekurangan dari rapid test adalah hasil dari tes ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis seseorang terpapar virus Covid-19 atau tidak. Untuk itu, setelah melakukan rapid test pertama, jika seseorang dinyatakan negatif perlu melakukan tes ulang setelah 10 hari orang tersebut melakukan test pertama.
Mengapa perlu melakukan tes ulang setelah rapid test pertama?

IgG dan IgM (antibodi) yang diperiksa melalui rapid test tidak dapat langsung terbentuk begitu seseorang terinfeksi virus, karena itu dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari sampai antibodi tersebut terbentuk. Jadi, kalau Anda melakukan rapid test hari ini, sementara Anda baru terpapar virus Covid-19 kemarin, maka kemungkinan besar hasil dari rapid test akan negatif. Hal inilah yang dinamakan negatif palsu atau false negative.
Begitu juga dengan hasil rapid test yang positif, bisa juga terjadi positif palsu atau false positive karena IgG dan IgM akan terbentuk setelah infeksi terjadi dan bukan hanya karena infeksi Covid-19 saja. Jadi, jika hasil rapid test menunjukkan hasil positif, hal ini memiliki dua kemungkinan, yaitu Anda terinfeksi virus Covid-19 atau terinfeksi virus lain, misalnya demam berdarah.
Untuk itu, jika hasil dari rapid test ternyata positif, maka orang tersebut perlu melakukan PCR test untuk memastikan jenis virus tersebut apakah virus Covid-19 atau bukan.
Apa kelebihan dan kekurangan PCR test?

Dibandingkan dengan rapid test, PCR tes adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus Covid-19, karena pengambilan pengambilan sampelnya berupa lendir dari tenggorokan atau hidung pasien. Meski begitu, kekurangan dari PCR ini adalah membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dan lebih rumit dari rapid test.
Selain itu, pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium yang memiliki alat yang lengkap. Sementara, kapasitas pemeriksaan tidak terlalu besar, sehingga perlu waktu beberapa hari hingga hasil tes bisa keluar.
Bagaimana tahapan melakukan PCR test untuk memeriksa virus corona?

PCR merupakan sebuah metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus corona pada tubuh seseorang. Sementara, pemeriksaan swab merupakan cara untuk mendapatkan sampel yang digunakan dalam metode PCR. Untuk itu, dalam pemeriksaan Covid-19, PCR dan swab merupakan satu kesatuan.
Lalu, bagaimana tahapan untuk melakukan swab test?
- Pasien diminta duduk di kursi.
- Tenaga kesehatan akan mendorong kepala pasien ke arah atas dan memasukkan alat yang bentuknya menyerupai cotton bud dengan ukuran yang jauh lebih panjang ke dalam lubang hidung. Alat ini akan dimasukkan hingga ke bagian belakang hidung. Kemudian, dilakukanlah teknik swab dengan cara menyapukan alat tersebut ke area belakang hidung.
- Pada alat swab ini terdapat bagian ujung yang dapat menyerap cairan berupa lendir. Alat ini akan berada di dalam area tersebut selama beberapa detik agar cairan bisa menyerap dengan sempurna.
- Setelah selesai melakukan swab, alat tersebut dikeluarkan dan dimasukkan ke tabung khusus dan tertutup.
- Kemudian, tabung akan dimasukkan ke wadah khusus untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan teknik PCR.
Setelah proses pengambilan sampel menggunakan teknik swab selesai, sampel tersebut kemudian diperiksa dengan teknik PCR. Jadi, PCR adalah pemeriksaan untuk mencocokkan DNA atau RNA yang dimiliki virus Covid-19. Intinya, tes ini seperti tes DNA, namun untuk virus.
Dengan menggunakan teknik PCR, DNA yang ada pada sampel dari swab akan digandakan sebanyak mungkin. Setelah itu, DNA dari sampel dicocokkan dengan susunan DNA dari virus Covid-19 yang sudah ada sebelumnya.
Jika sampel memiliki kecocokan, maka DNA yang ada pada sampel tersebut positif atau benar DNA Covid-19. Itu artinya, orang tersebut benar positif terinfeksi virus corona. Namun sebaliknya, jika DNA tersebut tidak cocok artinya pasien tersebut negatif dari virus Covid-19.
Dari cara pemeriksaan PCR atau swab test, sudah terlihat jelas bukan perbedaan antara rapid test dengan pemeriksaan PCR test? (SR)