Ikuti Kami
Jam Operasional: 08:00 - 22:00
info@farmaku.com
0812 1600 1600

Disfungsi Efeksi: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Disfungsi ereksi adalah gangguan seksual di mana penis tidak mampu mendapatkan dan mempertahankan ereksi untuk hubungan seksual. Akibatnya kondisi ini mengganggu aktivitas seksual dan kualitas hidup. Lebih lanjut simak selengkapnya mulai dari penyebab, gejala, pengobatan, hingga pencegahannya dalam ulasan di bawah ini.

Apa itu Disfungsi Efeksi?

Disfungsi ereksi (DE) atau dikenal sebagai impotensi adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk melakukan hubungan seksual. 

Disfungsi ereksi seiring waktu dapat menyebabkan stres, memengaruhi kepercayaan diri, dan mengganggu masalah hubungan. Masalah dalam mencapai atau mempertahankan ereksi juga bisa menjadi tanda kondisi kesehatan mendasar yang memerlukan pengobatan dan merupakan faktor risiko penyakit jantung.

Dokter dan peneliti medis memperkirakan bahwa disfungsi ereksi memengaruhi lebih dari 50% pria berusia antara 40 dan 70 tahun. Angka tersebut mungkin lebih tinggi karena banyak yang tidak mencari bantuan untuk kondisi tersebut karena merasa malu.

Baca juga: Waspada! Ini Dia Ciri-ciri Pria Mandul

Penyebab Disfungsi Efeksi

Ada banyak kemungkinan penyebab disfungsi ereksi, termasuk masalah kesehatan yang memengaruhi para pria, antara lain:

1. Sistem Sirkulasi

Sistem peredaran darah mencakup pembuluh darah yang membawa darah ke seluruh tubuh. Penis membutuhkan aliran darah yang cukup untuk mencapai dan mempertahankan ereksi. Penis juga bergantung pada serangkaian katup untuk menutup saat terisi darah, dalam beberapa kasus katup ini berhenti bekerja sebagaimana mestinya.

2. Sistem Saraf

Sistem saraf meliputi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf. Ini semua bekerja sama untuk mengirimkan impuls listrik yang membantu tubuh bergerak dan merasakan, termasuk penis.

3. Sistem Endokrin

Sistem endokrin mencakup kelenjar yang membuat dan melepaskan hormon. Hormon membantu memberitahu tubuh untuk melakukan fungsi tertentu. Hormon testosteron dapat membantu membuka (vasodilatasi) pembuluh darah, yang membantu aliran darah ke penis.

Selain itu ada faktor lainnya yang mungkin dapat menyebabkan disfungsi ereksi, termasuk berikut ini:

4. Kondisi atau Penyakit Tertentu

Ada berbagai kondisi atau penyakit yang mungkin dapat memicu DE, antara lain:

  • Diabetes dan neuropati terkait diabetes.
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Kolesterol tinggi (hiperlipidemia).
  • Penyakit pembuluh darah.
  • Penyakit ginjal kronis.
  • Aterosklerosis.
  • Penyakit Peyronie.
  • Testosteron rendah (defisiensi testosteron).
  • Epilepsi.
  • Stroke.

Cedera (trauma) pada penis dan sekitarnya juga menyebabkan DE. Ini termasuk:

  • Terapi radiasi.
  • Fraktur penis (penis patah).
  • Cedera tulang panggul (tulang pinggul, sakrum dan tulang ekor), kandung kemih, prostat dan sumsum tulang belakang.
  • Operasi panggul, termasuk operasi kanker prostat, usus besar atau kandung kemih.

5. Obat-obatan Tertentu

Disfungsi ereksi juga menjadi salah satu efek samping dari banyak obat resep. Obat-obatan umum yang mencantumkan DE sebagai potensi efek samping meliputi:

  • Antidepresan.
  • Obat anti-kecemasan.
  • Obat tekanan darah.
  • Diuretik.
  • Antihistamin.
  • Obat kemoterapi.
  • Obat penyakit parkinson.
  • Obat kanker prostat.
  • Antiaritmia.
  • Pelemas otot.
  • Obat penenang.
  • Obat anti kejang.

6. Kondisi Psikologis atau Emosional

Beberapa gangguan psikologis atau emosional yang mungkin memicu DE antara lain:

  • Depresi.
  • Kecemasan.
  • Stres.
  • Merasa rendah diri.
  • Takut akan hubungan seksual atau keintiman (genofobia).

Gejala Disfungsi Efeksi

Gejala disfungsi ereksi mungkin berbeda-beda pada setiap orang. Adapun gejala DE yang umum terjadi berikut di antaranya:

  • Hanya terkadang bisa ereksi sebelum berhubungan seksual.
  • Bisa ereksi sebelum berhubungan seksual namun tidak mampu mempertahankannya saat berhubungan seksual.
  • Ketidakmampuan total untuk mendapatkan ereksi.
  • Membutuhkan banyak rangsangan seksual untuk mempertahankan ereksi.

Baca juga: Pilihan Aksesoris Seks yang Bantu Tingkatkan Kepuasan Seksual

Kapan Harus ke Dokter?

Sebaiknya kunjungi dokter apabila mengalami gejala berikut ini:

  • Khawatiran tentang ereksi yang Anda keluhkan atau mengalami masalah seksual lainnya seperti ejakulasi dini atau tertunda.
  • Menderita diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan lain yang diketahui mungkin terkait dengan disfungsi ereksi.
  • Memiliki gejala lain bersamaan dengan disfungsi ereksi.

Diagnosis Disfungsi Efeksi

Ketika mengunjungi dokter untuk mengetahui gejala DE yang Anda miliki, dokter akan mencoba mencari tahu apakah Anda memiliki kondisi kesehatan lain yang dapat memicu masalah ereksi. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk pertanyaan tentang kehidupan seks. Selain itu dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

  • Pemeriksaan fisik. Prosedur Ini mencakup pemeriksaan penis dan testis.
  • Tes darah dan urine. Prosedur ini untuk memeriksa masalah seperti diabetes, penyakit jantung, dan hormon testosteron rendah.
  • Pemeriksaan kesehatan mental. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah Anda mengalami stres, depresi, atau masalah lain yang dapat memicu DE.
  • Ultrasonografi (USG). Metode ini memungkinkan dokter untuk melihat apakah masalah aliran darah yang dapat mempengaruhi kesehatan penis.

Pengobatan Disfungsi Efeksi

Langkah awal untuk mengobati disfungsi ereksi adalah mencari tahu penyebab yang mendasarinya. Dokter akan membantu menentukan perawatan terbaik untuk masalah penis Anda. Ada banyak pilihan pengobatan untuk DE, berikut di antaranya:

  • Latihan kardiovaskular. Melakukan latihan kardiovaskular yang kuat selama setidaknya 45 menit tiga kali dalam seminggu mampu membantu mengatasi DE ringan. Latihan kardiovaskular termasuk jalan cepat, jogging, bersepeda, berenang dan lompat tali.
  • Berhenti merokok. Bagi pria yang terbiasa merokok dan memiliki DE ringan, sebaiknya berhenti merokok untuk memberikan perbaikan setelah beberapa bulan.
  • Konseling psikologi. Jika disfungsi ereksi disebabkan oleh stres, kecemasan, atau depresi, dokter mungkin menyarankan agar Anda, atau Anda dan pasangan untuk mengunjungi psikolog atau konselor.
  • Obat obatan. Obat oral dapat membantu meningkatkan aliran darah ke penis, termasuk sildenafil, vardenafil, tadalafil atau avanafil. Obat-obatan ini mulai bekerja dalam waktu satu jam.
  • Terapi gelombang kejut terfokus intensitas rendah penis (LiSWT). Perawatan ini dapat membantu meningkatkan aliran darah dengan menggunakan gelombang suara. Perawatannya memerlukan waktu dua bulan untuk melihat perbaikannya.
  • Obat suntik. Obat-obatan yang disuntikkan langsung ke penis untuk membuat ereksi, termasuk alprostadil, papaverine, phentolamine atau kombinasi beberapa obat. Obat suntik ini mulai bekerja dalam waktu 10 menit.
  • Pompa penis.  Alat ini merupakan tabung dengan pompa bertenaga tangan atau bertenaga baterai. Cara menggunakannya dengan memasang tabung di atas penis, kemudian pompa digunakan untuk menyedot udara di dalam tabung. Ini menciptakan ruang hampa yang menarik darah ke penis.
  • Terapi penggantian testosteron. Terapi hormon ini tersedia dalam bentuk gel, injeksi, tempelan, dan pellets. Terapi penggantian testosteron mulai bekerja dalam waktu empat minggu.
  • Implan penis. Prosedur di mana seorang ahli bedah memasang alat ke dalam penis Anda untuk mengeraskannya. Perangkat ini tidak memengaruhi sensasi, kencing, atau orgasme.

Baca Juga: Obat Kuat Resep Dokter yang Bisa Anda Dapatkan di Apotek

Komplikasi Disfungsi Efeksi

Disfungsi ereksi kemungkinan dapat menimbulkan komplikasi, antara lain:

  • Stres atau kecemasan.
  • Merasa malu atau rendah diri.
  • Kehidupan seks yang tidak memuaskan.
  • Masalah hubungan dengan pasangan seks.
  • Ketidakmampuan untuk membuat pasangan untuk hamil.

Pencegahan Disfungsi Efeksi

Menjalani gaya hidup sehat dan mengelola kondisi kesehatan adalah cara terbaik untuk mencegah disfungsi ereksi. Berikut ini langkah–langkah untuk pencegahan DE:

  • Bekerjasamalah dengan dokter untuk mengobati diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan kronis lainnya.
  • Kunjungi dokter untuk pemeriksaan rutin dan tes pemeriksaan kesehatan.
  • Berhenti merokok, batasi atau hindari alkohol, dan jangan menggunakan obat-obatan terlarang.
  • Mengendalikan stres.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Dapatkan bantuan dari terapis untuk mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Demikian ulasan lengkap mengenai disfungsi ereksi yang patut diwaspadai pria, terutama merea yang berusia 40 tahun ke atas dan memiliki gaya hidup tidak sehat. 

Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk masalah gangguan seksual dan pengobatannya.

Cleveland Clinic. Diakses pada 19 April 2024. Erectile Dysfunction. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10035-erectile-dysfunction#management-and-treatment

Medical News Today. Diakses pada 19 April 2024. What to know about erectile dysfunction. https://www.medicalnewstoday.com/articles/5702

Mayo Clinic. Diakses pada 19 April 2024. Erectile dysfunction. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/symptoms-causes/syc-20355776

WebMD. Diakses pada 19 April 2024. Erectile Dysfunction. https://www.webmd.com/erectile-dysfunction/understanding-erectile-dysfunction-basics

Sumber

Artikel Lainnya