Ikuti Kami
Jam Operasional: 08:00 - 22:00
info@farmaku.com
0812 1600 1600

Batuk Rejan (Pertusis): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Batuk rejan adalah infeksi saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk parah yang diikuti suara khas yang keras. Penyakit ini termasuk menular dan berpotensi terhadap komplikasi. Bacaterus untuk mendapatkan informasi lengkap tentang batuk rejan, mulai dari penyebab, gejala, pengobatan, hingga pencegahannya dalam ulasan di bawah ini. 

Apa itu Batuk Rejan?

Batuk rejan atau juga disebut pertusis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini ditandai dengan batuk parah disertai dengan suara tarikan napas bernada tinggi yang terdengar khas.

Batuk rejan dianggap sebagai penyakit anak-anak sebelum vaksin dikembangkan. Saat ini, batuk rejan terutama menyerang anak-anak, serta remaja dan orang dewasa yang kekebalan tubuhnya melemah.

Kematian akibat batuk rejan jarang terjadi, namun paling sering terjadi pada bayi. Itulah alasan mengapa sangat penting bagi wanita hamil – dan orang yang akan melakukan kontak dekat dengan bayi – untuk mendapatkan vaksinasi batuk rejan.

Baca juga: Radang Tenggorokan: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Penyebab Batuk Rejan

Batuk rejan disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Bordetella pertussis. Jika penderita batuk rejan bersin, tertawa, atau batuk, partikel air kecil (droplet) yang mengandung bakteri ini dapat beterbangan di udara. Orang yang menghirup partikel air tersebut mungkin akan sakit.

Bakteri yang masuk ke saluran udara akan menempel pada rambut-rambut kecil di lapisan paru-paru. Bakteri tersebut dapat menyebabkan pembengkakan dan peradangan, yang memicu batuk kering yang berlangsung lama dan gejala mirip pilek lainnya.

Gejala Batuk Rejan

Batuk rejan biasanya akan muncul dalam waktu antara 7- 21 hari setelah bakteri menginfeksi saluran pernapasan. Gejala penyakit ini biasanya melalui beberapa tahapan, berikut di antaranya:

1. Gejala Tahap Awal

Gejala awal batuk rejan tergolong ringan, seperti batuk, pilek, radang tenggorokan, bersin-bersin, dan demam yang berlangsung selama dua minggu. Pada tahap ini biasanya penderita batuk rejan dapat menular pada orang disekelilingnya.

2. Gejala Tahap Kedua (Masa Paroksismal)

Gejala batuk rejan pada tahap kedua, flu yang dialami berhenti, namun batuk justru semakin parah dan sulit dikendalikan. Batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas (rejan) dapat menyebabkan muntah dan kelelahan.

Biasanya gejala tersebut berlangsung selama 2-4 minggu atau mungkin lebih dan rentan dialami oleh bayi dan anak- anak.

3. Gejala Tahap Ketiga (Masa Penyembuhan)

Pemulihan batuk rejan mungkin berjalan lambat. Batuk menjadi lebih ringan dan jarang terjadi seiring dengan membaiknya kondisi penyakit ini.

Batuk mungkin berhenti untuk sementara waktu, tetapi kambuh lagi jika Anda terkena infeksi saluran pernapasan lainnya. Serangan batuk dapat muncul kembali beberapa bulan setelah penyakit batuk rejan dimulai.

Baca juga: Pilihan Obat Batuk Berdahak Terbaik di Apotek

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan ke dokter jika batuk berkepanjangan menyebabkan Anda atau anak Anda mengalami gejala berikut:

  • Muntah.
  • Wajah menjadi kemerah atau biru.
  • Kesulitan bernapas atau terlihat jeda bernapas.
  • Tarik napas disertai suara rejan.

Diagnosis Batuk Rejan

Kendati gejala batuk rejan sangat mirip dengan gejala pilek, flu, atau bronkitis, maka sulit untuk mendiagnosisnya penyakit ini sejak dini. Dokter mungkin segera mengetahui bahwa pasien mengidap penyakit ini dengan mendengarkan suara batuknya, namun tes dapat memastikan penyakit yang diderita pasien.

Berikut ini beberapa tes untuk mendiagnosis batuk rejan, antara lain

  • Kultur hidung atau tenggorokan. Swab pada area pertemuan hidung dan tenggorokan dapat dites untuk mengetahui bakteri penyebab batuk rejan.
  • Tes darah. Jumlah sel darah putih yang tinggi adalah tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi, namun bukan berarti batuk rejan.
  • Rontgen dada. X-ray dapat menunjukkan apakah pasien mengalami peradangan atau adanya cairan di paru-paru, yang bisa menjadi tanda pneumonia.

Pengobatan Batuk Rejan

Jika dirasa Anda mengalami batuk rejan sejak dini, mungkin mengonsumsi antibiotik dapat membantu mengurangi batuk dan gejala lainnya. Obat ini juga dapat membantu mencegah penularan infeksi ke orang lain. Namun kebanyakan orang terlambat didiagnosis sehingga antibiotik tidak bekerja dengan baik.

Sebaiknya jangan menggunakan obat batuk yang dijual bebas, obat pereda batuk, atau ekspektoran (obat yang membuat batuk berlendir) untuk mengobati batuk rejan. Obat-obatan ini mungkin tidak bekerja.

Apabila batuk sangat parah hingga kesulitan minum cukup cairan, Anda bisa mengalami dehidrasi. Jika kondisi ini terjadi, segera hubungi dokter.

Pengobatan rumahan

Penderita batuk rejan dapat melakukan beberapa hal agar merasa lebih baik dan pulih lebih cepat, berikut di antaranya:

  • Perbanyak istirahat. Tips ini dapat memberi tubuh lebih banyak kekuatan untuk melawan penyakit.
  • Makan dalam porsi kecil sesering yang diinginkan. Makan dalam porsi kecil dan lebih sering dapat membantu mencegah muntah yang mungkin disebabkan oleh batuk yang parah.
  • Menjaga udara tetap bersih. Pastikan udara di sekitar Anda bebas dari debu, asap, dan bahan pengiritasi lainnya bisa membantu meredakan batuk.
  • Perbanyak minum cairan. Tetap terhidrasi dengan minum banyak air atau jus. Jika merasakan tanda-tanda dehidrasi, seperti bibir kering atau jarang buang air kecil, segera hubungi dokter.

Komplikasi Batuk Rejan

Batuk rejan umumnya akan sembuh baik pada remaja maupun orang dewasa. Namun bila terjadi komplikasi, hal tersebut cenderung karena efek samping dari batuk yang berat, antara lain:

  • Tulang rusuk yang memar atau retak.
  • Hernia perut.
  • Pecahnya pembuluh darah di kulit atau bagian putih mata.

Pada bayi (terutama usia di bawah 6 bulan), komplikasi batuk rejan lebih parah dan mungkin termasuk gejala berikut:

  • Radang paru-paru.
  • Napas lambat atau bahkan berhenti.
  • Dehidrasi atau penurunan berat badan karena kesulitan makan.
  • Kejang.
  • Kerusakan otak.

Bayi dan balita memiliki risiko tinggi terkena komplikasi batuk rejan, sehingga lebih mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit. Hal ini karena komplikasi dapat mengancam nyawa bayi di bawah usia 6 bulan.

Baca juga: Obat Batuk Kering yang Efektif dan Ada di Apotek

Pencegahan Batuk Rejan

Pencegahan batuk rejan yang paling efektif adalah vaksin pertusis yang biasa diberikan dokter bersamaan dengan vaksin terhadap dua penyakit serius lainnya, yakni difteri dan tetanus.

Dokter mungkin merekomendasikan untuk memulai vaksinasi sejak masa bayi.

Vaksin terdiri dari serangkaian lima suntikan dan biasanya diberikan kepada anak-anak pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 hingga 18 bulan, dan 4 hingga 6 tahun.

Efek samping vaksin ini biasanya ringan dan mungkin berupa demam, mudah tersinggung, sakit kepala, kelelahan, atau nyeri di tempat suntikan.

Selain itu berikut ini tindakan pencegahan untuk batuk rejan:

1. Suntikan Booster

Suntikan booster dapat diberikan berdasarkan usia dan kehamilan:

  • Remaja. Kendati kekebalan dari vaksin pertusis cenderung berkurang pada usia 11 tahun, dokter menyarankan suntikan booster pada usia tersebut untuk melindungi terhadap batuk rejan, difteri, dan tetanus.
  • Dewasa. Beberapa jenis vaksin tetanus dan difteri setiap 10 tahun juga mencakup pencegahan terhadap batuk rejan. Vaksin ini juga dapat menurunkan risiko menularkan batuk rejan kepada bayi.
  • Wanita hamil. Dokter merekomendasikan agar ibu hamil mendapatkan vaksin pertusis antara usia kehamilan 27 dan 36 minggu. Hal ini juga bisa memberikan perlindungan pada bayi selama beberapa bulan pertama kelahiran.

2. Obat-obatan

Jika Anda pernah terpapar seseorang yang menderita batuk rejan, dokter mungkin merekomendasikan antibiotik untuk melindungi terhadap infeksi jika Anda memiliki hal berikut:

  • Seorang dokter atau tenaga medis.
  • Sedang hamil.
  • Bayi.
  • Memiliki kondisi kesehatan yang membuat Anda berisiko terkena penyakit parah atau komplikasi, seperti melemahnya sistem kekebalan tubuh atau asma.
  • Tinggal bersama penderita batuk rejan.
  • Tinggal bersama orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah atau komplikasi akibat infeksi batuk rejan.

Demikian ulasan lengkap batuk rejan atau pertusis yang perlu Anda waspadai karena penyakit ini mudah menular. Oleh karena itu penting untuk mengambil tindakan pencegahan. 

Chat dengan dokter rekanan Farmaku di sini untuk konsultasi seputar kesehatan secara keseluruhan, termasuk infeksi saluran pernapasan dan pengobatannya.

Cleveland Clinic. Diakses pada 5 April 2024. Whooping Cough (Pertussis). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15661-whooping-cough-pertussis

Mayo Clinic. Diakses pada 5 April 2024. Whooping Cough. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/whooping-cough/symptoms-causes/syc-20378973

WebMD. Diakses pada 5 April 2024. Whooping Cough (Pertussis). https://www.webmd.com/children/whooping-cough-symptoms-treatment#1-2

Sumber

Artikel Lainnya