Ketika makan atau setelah makan, sering mengalami rasa nyeri dan tidak nyaman pada bagian perut atas. Kadang disertai mual, kembung, atau sendawa. Jika Anda pernah mengalami gejala-gejala tersebut, mungkin Anda mengalami dispepsia.
Apa itu Dispepsia?

Dispepsia diambil dari dua kata, yang berasal dari Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan). Menurut konsensus International Panel of Clinical Investigators, dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman yang dirasakan di daerah perut bagian atas. Meski begitu, dispepsia bukanlah sebuah penyakit. Dispepsia adalah tanda atau gejala dari suatu penyakit pencernaan yang dialami seseorang.
Berdasarkan ada tidaknya penyebab dan kelompok gejalanya, dispepsia dibagi menjadi dua, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
Dispepsia organik
Dispepsia organik terjadi apabila penyebab dispepsia sudan jelas. Misalnya ada ulkus peptikum (tukak), gastritis (radang lambung), stomach cancer (kanker lambung), Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Untuk dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.
Dispepsia fungsional
Dispepsia fungsional terjadi apabila penyebab dispepsia tidak diketahui atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional atau tidak ditemukannya adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik.
Dispepsia fungsional mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala berikut:
- Perasaan perut penuh setelah makan
- Cepat kenyang
- Rasa terbakar di ulu hati (berlangsung setidaknya dalam 3 bulan terakhir)
Untuk kategori dispepsia fungsional dibagi menjadi dua kelompok, yakni postprandial distress syndrome dan epigastric pain syndrome.
Postprandial distress syndrome
Postprandial distress syndrome ditandai dengan rasa penuh dan perasaan cepat kenyang atau begah setelah makan dengan porsi makan normal.
Epigastric pain syndrome
Epigastric pain syndrome ditandai dengan rasa nyeri atau rasa terbakar yang terjadi di bagian epigastrium atau ulu hati sedikitnya satu kali atau lebih dalam seminggu dengan tingkat keparahan sedang, serta tidak berkurang dengan BAB (Buang Air Besar) atau buang angin.
Mengapa Bisa Terjadi Dispepsia?

Dispepsia merupakan masalah yang terjadi pada sistem pencernaan yang diakibatkan karena pola makan yang buruk seperti makan tergesa-gesa, jadwal yang tidak teratur, dan tidak sarapan pagi.
Apalagi ketika di pagi hari, kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila Anda melewatkan sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Kerja lambung sendiri meningkat pada pagi hari setiap jam 07.00 – 09.00. Sementara siang hari berada dalam kondisi normal. Lalu, mulai melemah pada malam hari, mulai dari jam 07.00 – 09.00 malam. Oleh karena itu, dispepsia berisiko terhadap seseorang yang jarang atau bahkan tidak sarapan pagi.
Tidak hanya itu, jika Anda melewatkan sarapan pagi dapat berdampak negatif juga pada ketidak seimbangan sistem syaraf pusat. Biasanya diikuti dengan rasa pusing, gemetar, atau rasa lelah, serta dispepsia. Hal ini terjadi karena selama 12 jam tubuh puasa sepanjang malam. Sementara, di pagi hari tubuh berada dalam tahap merasa lapar sehingga lambung yang berada dalam tahap itu dapat meningkatkan kadar asam lambung menjadi tinggi. Kemudian, hal itu dapat memicu terjadinya dispepsia.
Selain pola makan yang buruk, jenis-jenis makanan dan minuman tertentu juga dapat memicu terjadinya dispepsia. Jenis minuman tersebut di antaranya adalah teh, kopi, dan minuman bersoda, serta minuman yang menimbulkan gas.
Sementara untuk makanan yang dapat meningkatkan risiko dispepsia, yaitu gorengan, makanan pedas, makanan manis, dan makanan asam. Makanan dan minuman tersebut dapat menyebabkan peningkatan asam lambung. Peningkatan asam lambung yang melampaui batas akan mengiritasi mukosa lambung dan menimbulkan gastritis hingga ulkus peptikum.
Cara Menghindari Dispepsia Secara Alami
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menghindari atau mencegah dispepsia secara alami di antaranya, yaitu:
- Menerapkan pola makan yang teratur
- Menghindari makan berlemak dan pedas
- Mengelola stres
- Jangan berbaring setelah makan
- Rutin olahraga
- Mempertahankan berat badan yang sehat
Selain mengobati dispepsia secara alami, dispepsia juga dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obat berikut:
Domperidone
Domperidone adalah obat yang diindikasikan untuk masalah pada saluran pencernaan, seperti mual, muntah, dan gerd. Berfungsi mempercepat proses pencernaan makanan agar cepat menuju usus, sehingga rasa mual dapat segera hilang. Obat ini tersedia dalam tiga jenis, yaitu domperidone 10 mg tab IF, domperidone 10 mg tab berno, dan domperidone 10 mg tab hexp.
Motilium
Motilium merupakan obat yang digunakan untuk menangani masalah perut dan pencernaan, seperti mual, muntah, dan GERD (gastroesophageal reflux disease). Obat ini bekerja dengan mempercepat proses pencernaan agar rasa mual cepat berhenti.
Famocid
Famocid merupakan obat golongan antagonis h2 yang mengandung famotidine, yang berguna untuk menangani gejala sakit maag dan heartburn, serta mencegah masalah terkait kelebihan asam lambung, seperti GERD, tukak lambung, dan sindrom zollinger-ellison. Obat ini dapat Anda temukan dalam dua pilihan, yaitu famocid 20 mg tab dan famocid 40 tab 30’S strip.
Gerdilium
Gerdilium memiliki kandungan domperidone dalam bentuk tablet. Obat ini merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja antiemetik yang digunakan untuk dispepsia fungsional, seperti mual dan muntah. Obat ini dapat digunakan sesuai petunjuk dokter.
Vesperum
Vesperum termasuk obat golongan antiemetik yang dapat mengatasi gejala mual, muntah, nyeri perut, penyakit GERD yang biasa menyebabkan keluhan seperti mulut terasa asam, begah, dan nyeri ulu hati, serta ketidaknyamanan akibat terlalu banyak makan.
Vomitas
Vomitas merupakan obat anti muntah yang digunakan untuk meringankan mual dan muntah akut, yang disebabkan oleh gangguan pada saluran pencernaan seperti dispepsia fungsional, gangguan pengosongan lambung, refluks asam lambung ke esofagus dan esofagitis.
Namun, sebelum Anda mengonsumsi obat-obatan tersebut, pastikan Anda sudah mengkonsultasikan kepada dokter sehingga dokter bisa memberikan resep obat yang tepat untuk Anda sesuai dengan gejala dan sakit yang Anda rasakan.